Lampu Sangkar Tembaga

TEMBAGA TERANCAM ANJLOK DI PEKAN DEPAN

JAKARTA. Perlambatan ekonomi China, Eropa dan Amerika Serikat (AS) akan berimbas pada harga jual tembaga. Para analis memprediksi harga tembaga akan melemah di bawah US$ 7.500.

Harga tembaga pengiriman tiga bulanan di bursa berjangka London pada Kamis (12/7) US$ 7.555 per ton. Naik 0,19% dari hari sebelumnya.

Kenaikan harga yang terjadi diprediksi hanya bersifat sementara. Sebanyak 13 analis yang disurvei Bloomberg mengatakan harga akan melemah pekan depan. Namun sembilan lainnya mengatakan harga akan bullish.

Daniel Briesseman, analis Commerzbank AG di Frankfurt, bilang, konsentrasi pasar saat ini tertuju kepada perlambatan ekonomi di China. Sebab ini bisa mengurangi permintaan logam industri. "Semua sentimen dari Eropa juga mendorong harga tembaga jatuh," ujar dia seperti dikutip Bloomberg.

Pengamat pasar komoditas, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sentimen Eropa dan China masih mempengaruhi harga tembaga. Sebab kebutuhan China menyumbang 40% dari total kebutuhan dunia. “Lambatnya pertumbuhan ekonomi di China membuat permintaan tembaga turun dan bisa berimbas pada penurunan harga tembaga,” ujar Wahyu.

Kondisi tersebut sudah terlihat dari impor tembaga China pun sampai akhir Juni turun 18% menjadi 346.223 ton dari bulan sebelumnya.

Sentimen negatif juga datang dari AS. Data tenaga kerja AS yang jauh dari ekspektasi para analis makin memperdalam harga tembaga.

Teknikal

Kiswoyo Adi Joe, Analis Askap Futures, menambahkan, secara teknikal harga tembaga masih cenderung mendatar cenderung menurun dalam pekan depan. Itu terlihat dari grafik candlestick juga bergerak turun di bawah garis tengah bollinger. Pergerakan relative strenght index (RSI) hampir sama dengan pergerakan bollinger. Sementara moving average convergence/divergence (MACD) masih mendatar di area 0. Harapan naik terlihat dari indikator stochastic yang bergerak naik.

Sedangkan dari sisi fundamental harga tembaga juga masih ada tren menurun. Kiswoyo memprediksi, kisaran harga tembaga dalam pekan depan bisa bergerak di area US$ 7.350 - US$ 7.500 per ton.

Proyeksi Wahyu, harga tembaga pekan depan masih cenderung melemah. Tren pelemahan ini akan terjadi sampai September. “Setelah September, diharapkan ada recovery dengan harapan adanya stimulus dari AS. Sehingga bisa memicu terhentinya kejatuhan harga tembaga,” ujar Wahyu. Wahyu memprediksi, harga tembaga pekan depan akan cenderung melemah ke bawah level US$ 7.500. Sedangkan kisaran harga tembaga support di US$ 7.200 - US$ 7.480 dan ressistance US$ 7.500 - US$ 7.600 per ton.

Analis Credit Suisse Group AD, JP Morgan Chase&Co dan Barclays Plc juga ikut menurunkan perkiraan harga tembaga di tahun ini. Permintaan yang berkurang akan membuat harga tembaga ikut tergerus. Belum lagi International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global di tahun ini menjadi sebesar 3,5%.
sumber: investasi.kontan.co.id


Artikel Menarik Lainnya



POPULAR